Kamis, 30 Oktober 2014



RULES OF PERSPECTIVE: TRUE SHAPES, VANISHING POINTS AND HORIZON LINES

This worksheet explains how to draw a cube in one point perspective and takes you through drawing these above, below and in line with the horizon line. It introduces the importance of line weights and highlights the effect of positioning objects in relation to the horizon line.
By the completion of this exercise, you should be able to:
  • Use appropriate line weights (light lines for construction lines; dark lines for outlines)
  • Position a vanishing point and horizon line correctly
  • Understand that:
    • Objects above the horizon line are drawn as if you are looking up at them (you see the bottom of the object)
    • Objects below the horizon line are drawn as if you are looking down at them (you see the top of the object)
    • Objects that are neither above nor below the horizon line are drawn as if you are looking directly at them (you see neither the top or the bottom of the object)
- See more at: http://www.studentartguide.com/articles/one-point-perspective-drawing#sthash.FuVWJ47A.dpuf


This worksheet illustrates how to stack blocks, cut away portions and add unusual angles in a one point perspective drawing, creating gradually more complex forms.
By the completion of this exercise, you should be able to:
  • Draw stacked blocks of different sizes
  • Draw blocks that have holes cut out of them, projecting construction lines to find the back edge of the cut area
  • Slice pieces off blocks and/or add unusual angles
Once you feel confident with drawing these items, you may wish to add more challenging forms, such as letters and/or triangular shaped prisms.
- See more at: http://www.studentartguide.com/articles/one-point-perspective-drawing#sthash.FuVWJ47A.dpuf
one point perspective worksheet


Rabu, 29 Oktober 2014

BIENNALE JATIM__Wave of Dream 2007

Expand Messages
  • Riadi Ngasiran
    Message 1 of 1 , Dec 2, 2007 
    Jawa Pos, Minggu, 02 Des 2007,
    http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=315221



    Wave of Dream dalam Biennale Jatim 2007

    oleh: RIADI NGASIRAN

    Di ujung selembar daun bunga anthurium --seperti Wave of Love dan 
    sejenisnya-- sesosok lelaki berdiri menggelayut diterbangkan angin. Dilatari 
    awan gemawan, bergulung, beriringan di langit. Ia hendak menerbangkan 
    tubuhnya, mengayunkan lompatan ke bagian bawah di seberangnya, pada suatu 
    mobil mewah yang bagian depannya menyerupai daun. Sebagaimana fatamorgana, 
    daun-daun itu telah menerbangkan harapan yang makin jauh.

    Fenomena kembang Gelombang Asmara kini telah berubah menjadi Wave of Dreams 
    (lukisan dan instalasi ukuran 4 x 4,5 x 4 m, akrilik di atas kanvas, 2007) 
    akan hadir dalam Biennale Jawa Timur 2007, di Taman Budaya Jawa Timur, 11-24 
    Desember mendatang. Lukisan karya MaosArt, kelompok perupa dari Kota Batu: 
    Watoni, Andri Suhelmi, Zhirenk, Zainal dan A. Rokhim. Silang-sekarut 
    perdagangan tanaman bunga yang sedang mengalami booming itu memang berdampak 
    cukup mengejutkan di masyarakat.

    Bermula dari kondisi sosial yang menghentak, memberikan pijakan bagi 
    eksplorasi kreatif karya ini, kebetulan juga terjadi di daerah tempat 
    tinggal mereka, karya berupa lukisan dan instalasi tentang fenomena 
    anthurium, dihadapkan dengan sebuah interpretasi tentang bunga yang 
    meraksasa, sementara orang justru menjadi kerdil karenanya. Dari kasus ini, 
    saya menyaksikan betapa tetangga saya begitu keranjingan dan sempat terjadi 
    ketegangan psikologis dengan seorang juru ceramah di langgar yang kebetulan 
    menyinggungnya. Sebuah ironi yang menunjukkan "kebingungan masal" kita di 
    tengah-tengah krisis sosial yang tak berkesudahan ini.

    Biennale Jawa Timur merupakan bagian dari perhelatan seni rupa yang 
    menampung kreativitas terbaik seniman-seniman di provinsi ini. Sebagai even 
    berkala dua tahunan, kali ini telah memasuki kali kedua, memberikan jalan 
    guna mengukur sejauh mana kesenian, khususnya seni rupa di Jawa Timur 
    berkembang.

    Biennale Jawa Timur 2007 bertajuk Art in Social Context: Alienasi, diikuti 
    34 perupa. Dengan kurator Djuli Djatiprambudi dan co-kurator Syarifuddin 
    berusaha menunjukkan betapa kesenian tidak saja berbicara atas persoalan 
    dirinya sendiri tapi lebih meluaskan perspektif bagi pemikiran yang sedang 
    berkembang. Dengan sodoran tema tesebut, seniman berkesempatan membaca 
    persoalan seputar isu-isu kontemporer yang terkait dengan realitas sosial 
    yang dialami dan dipahami perupa sebagai individu anggota suatu masyarakat.

    Dari sini terlihat jelas posisi perupa sebagai bagian dari masyarakat yang 
    diasumsikan dapat mengekspresikan sepenggal potret suatu realitas sosial 
    dengan bahasa visual yang bebas dan memperlihatkan pencarian yang kuat dan 
    tajam. Problema sosial bisa muncul dari ruang sosial yang sempit atau luas. 
    Dimensinya dapat dilihat dari pelbagai indikator seperti kemiskinan, 
    keserakahan, dominasi, korupsi, asusila, kejahatan, kebisingan, kemacetan, 
    kemunafikan, kebrutalan, kemewahan, dan sebagainya.

    Dalam problema itu, secara menyeluruh memperlihatkan alienasi individu atau 
    masyarakat dari konfigurasi sosial secara global. Aliensi dapat dipahami 
    sebagai bentuk keterpinggiran, ketidakberdayaan, dan keterasingan individu 
    atau masyarakat dari dinamika sosial. Entitas yang teralienasi akan menjadi 
    sebuah paradoks dalam struktur masyarakat modern, dan posisinya selalu dalam 
    bingkai "ahistoris".

    Dalam tafsir M. Natsir Amrulloh, keterasingan itu sebenarnya adalah risiko 
    dari tindakan kita. Dalam karya berjudul Cloning (digital print, neon box, 
    100 cm x 200 cm, 2007), perupa muda kelahiran Jombang 23 Juli 1983 ini, 
    menunjukkan pemaklumannya akan sebuah program penciptaan baru, bukan sekadar 
    alat tetapi makhluk hidup. Kita diajak membayangkan, beberapa tahun ke depan 
    kita tidak perlu repot-repot pergi ke kantor urusan agama (KUA) untuk 
    menikah dan memiliki keturunan. Kita tinggal desain seperti apa manusia yang 
    akan kita ciptakan, Kita bisa atur bagaimana manusia ini berkembang, sesuai 
    dengan sifat, karakter, perilaku yang kita inginkan. Kita buat manusia 
    pegawai negeri, manusia pegawai bank, manusia pegawai swasta, tentara, 
    satpam, atau diri kita sendiri.

    Benny Wicaksono, perupa Surabaya yang aktif melakukan eksplorasi perupaan 
    pada media baru, menghadirkan Organic VJ. Sebuah penampilan video "real 
    time" dengan menggunakan CCTV dan video mixer. Gambar bergerak yang 
    dipancarkan di layar adalah hasil dari karya manual yang dikombinasikan 
    dengan video mixer sehingga menimbulkan gambar-gambar yang tak bisa 
    dibayangkan sebelumnya.

    Karya ini merupakan ikhtiar seniman dalam menangkap memori imajinasinya 
    terhadap sejarah alternatif yang sedang digalinya. Karya berpijak di tengah 
    perkembangan teknologi di tengah masyarakat secara naratif bersejarah 
    melahirkan individu kreatif. Dalam penghadiran karyanya, seniman mempunyai 
    ruang lebih besar untuk imajinasi, menorehkan pengalaman artistik dalam 
    kreasinya. Mulai dari masalah ketahanan urban, wajah kekacauan, wajah 
    globalisasi, merupakan taman yang menyemaikan persoalan manusia dan 
    kehidupannya.

    Perkembangan seni rupa di Jawa Timur, dengan biennale yang diikuti generasi 
    perupa baru ini semakin menunjukkan dinamika yang menjanjikan. Dinamika itu, 
    memang, tak hanya berada di kota besar seperti Surabaya, tetapi menyebar 
    hampir di seluruh kota.

    Berbagai kegiatan pameran seni rupa sering dilaksanakan, termasuk diskusi 
    seni rupa di kota-kota yang menunjukkan gairah berkesenian secara baik. Dari 
    kegiatan itu, tercatat kemunculan sejumlah generasi baru yang akhir-akhir 
    ini semakin beragam. Di antara mereka tetap ada yang setia melukis (Joni 
    Ramlan, Hadi Sucipto, Winarno, M. Rizky, Elyeser, Choirul S. Sabarudin, Tri 
    Moeljo, Romdhon, Mirza Said, Gatot Pujiarto, Fathur Rojib, dan Arif WibowoA) 
    dan seni patung (Ahmad Daldiri dan Totok Priyoleksono).

    Cukup banyak yang mulai menekuni karya seni rupa yang berbasis pada 
    eksplorasi media baru, seperti seni video (Agus Sam, Benny Wicaksono, Koko
    Triono
    , Astu P.), animasi (Ahmad Rofiq-Ainaki), instalasi multimedia 
    (Jopram, Jenny Lee, Watoni dkk., Dukan Wahyudi, Ruwaidah, M. Taufik), sound 
    art (Helmi), dan digital art (Natsir Amrulloh, Waluyo Hadi).

    Bila ada harapan, semakin membuka jalan bagi perkembangan seni rupa di Jawa 
    Timur dalam perbincangan nasional, bahkan pada skala yang luas lagi, bukan 
    sesuatu impian. Bukankah hakekat penyelenggaraan biennale dan even-even seni 
    rupa lainnya merupakan ikhtiar ke arah betapa arena seni rupa tidaklah 
    menyempit pada satu wilayah atau kawasan semata.

    Biennale Jawa Timur 2007 ini ditujukan demi menggali informasi dan pemahaman 
    yang lebih baik dan mendalam terhadap berbagai perkembangan seni rupa di 
    Jawa Timur dalam kontribusi bagi perkembangan seni rupa di Indonesia. Di 
    dalamnya merangkum tema dan problematika dalam relasi sosial dan kreativitas 
    seni rupa di Jawa Timur. (*)

    *) Riadi Ngasiran, penelaah seni rupa, tinggal di Surabaya

Selasa, 28 Oktober 2014





 
Title:(East Java Biennale 2007: Alienation: The Arts in Social Contexts)
Alternative Title:Biennale Jawa Timur 2007: Alienasi: seni dalam konteks sosial
:Djuli DjatiprambudiSyarifuddinRiadi NgasiranArif Bagus PrasetyoSalamun KAULAMKuss IndartoAgus KOECINK,Gimo HadiwibowoImam MuhadjirMoelyonoHotman M. Siahaan
Description:This publication accompanies East Jawa Biennale 2007 which was held at Taman Budaya Jawa Timur (East Jawa Cultural Park) in December 2007. Brief information about the participating artists, images of their work and articles on cultural discourses are included.
Access Level:On-site
Location Code:EX.INO.BJT
Language/s:Bahasa Indonesian
:Wajah Seni Rupa Jawa Timur Sekarang - Djuli Djatiprambudi

Alienasi: Sebuah Ekstase - Syarifuddin

Kegilaan Diri dan Jejak Altruisme - Riadi Ngasiran

Dari 'Krisis Wacana' ke Seni Rupa Ndhas Glundung - Arif Bagus Prasetyo

Peran Perguruan Tinggi Seni Rupa dalam Perkembangan Seni Rupa di Jawa Timur - Salamun KAULAM

Meraba Alur, Menilik Struktur, Sebuah Praduga - Kuss Indarto

Gejala Praktik Seni Rupa Berbasis Multimedia di Jawa Timur -Agus KOECINK

Peristiwa Seni Rupa di Jawa Timur dalam Konteks Ideologi Media - Gimo Hadiwibowo

Jawa Timur sebagai Sumber Daya Budaya - Imam Muhadjir

Ideologi dan Metodologi Seni = Janin dan Mofus - Moelyono

Seni Rupa dalam Konteks Budaya Urban - Hotman M. Siahaan
:Agus SamArdiansyafAchmad DardiriArief Wibowo,AsmuliawanAstu PrasidaBenny WicaksonoChairul S. SabarudinDukan WahyudiElyezerFathur RojibGatot PujiartoHadi SuciptoHelmi HardianJenny LeeJoni RAMLAN,Jopram(Group) K-Deep Animation StudioKoko TrionoM. Natsir AmrullohMochamad TaufikMuhammad Rizky S.Sn.,(Group) MaosArtMeirza SaidMiranti Minggar TrilianiMufi MUBAROHRomdon HamdaniRuwaidah Uzzatul AnamSugeng Pribadi (Klemins)M. Syaifudin Zuhri (pujo)Totok Priyoleksono,Tri MoeljoWaluyo HadiWinarno
:Djuli DjatiprambudiSyarifuddin
Organiser/s:Taman Budaya Jawa Timur (Surabaya - Indonesia)
Venue/s:Taman Budaya Jawa Timur (Surabaya - Indonesia)
Country of Publication:Indonesia
Published by:Taman Budaya Jawa Timur
Year of Publication:2007
No. of Pages:169
ISBN / ISSN:Nil
No. of Copies:1
Media Image:(East Java Biennale 2007: Alienation: The Arts in Social Contexts) - cover
Keywords:Biennale Jawa TimurBiennial Jawa TimurIndonesia




http://www.aaa.org.hk/Collection/Details/27880

Museum hingga Art Gallery, Surabaya

Masih melanjutkan perjalanan di Surabaya, kita beralih ke Art Gallery yang juga berada dilingkungan HoS, Surabaya. Tepat dibelakang café terdapat satu bangunan yang dikhususkan sebagai ruang pameran seni. Kebetulan hari itu, STKW atau Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta, Surabaya menggelar pameran seni rupa. Mari kita melirik beberapa barang seni yang dipamerkan yang menarik perhatian saya.


Judulnya : Sakit Hati, Karya : Mufi “Sinyo”  (2004), Pencil on canvas

Judulnya : My Room My Heaven, Karya : Somad (2010),  Pen and pastel on canvas
Judulnya : Ibu Kota, Karya : Enok Maemunah (2010), Oil on canvas
Judulnya : " Love Embun ", Karya : Koko Pagi Triono (2010), Acrylic on canvas
Judulnya : Sesame Street, Karya : Agam “Kepik” (2010), Oil on canvas

Judulnya : Perahu Mabuk, Karya : Ricky “Kywok” (2010), Mixed Media on canvas

Ruangan ini sepi hanya ada Saya dan Dedy. Setelah berkeliling di lantai satu, saya melihat ada tangga menuju keatas, tapi kok dibagian atas gelap. Saya mendekati anak tangga dan menaiki ke lantai kedua. Tiba-tiba saja ruangan yang tadinya gelap, berubah menjadi terang. Kami sentak kaget, melirik kebagian atas tangga ternyata disediakan alat sensor gerak yang menyalakan lampu ketika terdeteksi gerakan seseorang dianak tangga. Bagus juga konsepnya, lebih mengefisien pencahahayaan yang kadang tidak berguna jika tanpa adanya pengunjung. Dilantai 2 ini dipamerkan patung-patung dan beberapa lukisan.
Judulnya : Tertipu Cinta, Karya : Adhi Paijo “Pay” (2010), Kawat

Judulnya : Main-main, Karya : Asmuliawan “Bogel” (2010),  Fiberglass, cat Duco
Judulnya : Friendship Number Nine, Karya : Yopi (2010), Iron

Begitulah hasil karya rekan-rekan STKW. Nah, cukup sekian perjalanan di Surabaya, besok akan bercerita kembali tentang daerah tujuan berikutnya yaitu Balikpapan di Kalimantan Timur.